Senin, 10 Desember 2012

Notes22 : Diriku di Cermin

kust-blog.info
Melihat dan mengenal lebih dekat tentang diri kita membuat kita lebih tahu mengenai seperti apa diri kita dan membayangkan bagaimana reaksi ataupun respon yang timbul dari orang lain saat bertemu ataupun berinteraksi dengan kita pribadi. Apakah kita seorang yang baik, jahat, kejam, jujur, ataupun pintar pun itu hanyalah bentuk refleksi diri kita yang dipancarkan dari sudut pandang orang kedua. Bagaimana penilaian kita terhadap jati diri kita sekarang, hati, pikiran, dan prilaku kita?



Sebagai pemiliki tubuh yang terlihat real di dunia ini kita selalu tahu bagaimana keadaan fisik kita. Apakah itu perawakan kita itu indah, cantik, tampan, tinggi, besar, dsb. Namun sangatlah sulit untuk menilai bagaimana keadaan dari hati dan pemikiran kita yang menggerakan dan memaintenance itu semua. Sungguh hati dan pikiran itu adalah bentuk abstrak yang sulit untuk dijelaskan secara logika. Mengapa pemikiran itu muncul dan mengapa hati dapat menjaga kita dari hal yang dirasa tidaklah baik untuk dilakukan.

Sigmund Freud, bapak psikoanalisis, berteori bahwa keadaan mental seseorang dalam mengambil setiap langkah hidupnya dikonstruksi oleh 3 hal yaitu id, ego, dan super-ego. Id adalah bagian dari struktur kepribadian yang tidak terorganisir yang berisi tentang insting dasar sebagai seorang manusia. bagian dari mental kita yang mengatur insting bertahan hidup dan hanya mengejar dari kepuasan kita. Ego adalah bagian dari struktur kepribadian yang terorganisir dimana hal ini mengatur bagaimana seseorang dapat merealisasikan Id menjadi hal nyata di dunia atau dapat kita simpulkan bahwa hal inilah yang mengatur asas planning dalam diri seeseorang. Dan yang terakhir, Super-ego adalah bagian penyusun mental kita mengandung etika atau asas kemanusiaan untuk menjaga agar perilaku ataupun bentuk keluaran dari diri kita tidak mengganggu nilai atau norma-norma yang ada.

Kita dapat simpulkan bahwa diri kita memiliki 3 hal yang pasti. Yaitu pemikiran, hati, dan raga. Pemikiraan adalah bentuk dari processing segala informasi yang kita peroleh, hati adalah alat untuk memfiltrasi pemikiran kita agar tetap selalu termaintenance, dan raga adalah bentuk output yang terlihat dan dirasakan oleh setiap orang yang berinteraksi dengan kita.

Kita mungkin secara fisik dapat melihat dengan jelas orang yang ada di depan kita, orang yang tengah berinteraksi dengan kita, namun kita belum tentu tahu apa yang tengah ia pikirkan kala itu atau bagaimanakah hatinya apakah tengah dalam keadaan gembira, senang ataukah dalam sedih dan pilu. hal ini juga berlaku untuk diri kita sendiri. Sebuah keputusan yang diambil seseorang itu memang sangatlah sulit. Selalu ada pertimbangan akan satu hal dan lainnya. Apakah harus ada yang kita korbankan atau tidak? Dan pastinya segala hal di dunia ini memang tidak berjalan secara dinamis selalu ada perubahan-perubahan yang memang telah ditakdirkan oleh Rabb kita yang tak mampu kita ubah. Namun bagaimana langkah kita untuk mencoba memilih dalam hal berprilaku merupakan kuncinya. Memang selalu ada faktor yang mempengaruhi baik dalam atau luar. Tapi inilah bentuk seni berkehidupan yaitu seni bagaimana kita mencoba untuk membentuk diri dan memperlihatkannya keluar apakah benih bernama saya ini telah ditanam dan dirawat dengan sangat baik dan akhirnya berubah menjadi pohon rindang dan berbuah manis. Kita tak pernah tahu bagaimana masa depan terjadi. Tapi yang pasti kita disini dan hari ini tetap mencoba untuk merefleksikan apa yang telah kita lakukan dan mencoba mengenal lebih dekat tentang si Aku ini.

0 comments:

Posting Komentar

 
;