Selasa, 20 Oktober 2015 0 comments

Notes69 : Lupa Akan Suapan

Tak ada yang aneh dengan putusan untuk berhenti melangkah bersamamu
Sudah cukup keluh kesah yang kudengar, sudah jelas ratapanmu memenuhi wajahku
Ingin ku berhenti menatap rasa takutmu
Ingin ku merasa tak perlu mengenalmu

Menjadi sebuah patung bisu tak bernyawa
Memandang iba memandang amarah
Memanggil untuk menghardik, melihat untuk mengolok-olok
Tak berhenti, hanya sekedar berjalan mundur berpaling

Menawar racun dengan manisnya madu
Tetap terasa sakit tak terelakkan
Merasa jiwa terus terkhianati dan membatu
Hanya bisa memaki dan terdiam

Tak ada yang meminta untuk menjadi hewan potong
Tak ada yang meminta untuk merasa dilupakan
Mengapa senang sekali menggigit
Setelah gigimu kau rontokkan sendiri

Mengapa hanya menjadi bulan yang hilang saat terbit
Ketika bintang lebih terang dan tetap terjaga
Lupakah akan suapan-suapan terbaik yang telah kau makan
Menjadi gemuk yang tak berisi

Gambar : https://kicauan.files.wordpress.com/
0 comments

Komik (17) : Meminta Kematian


Senin, 05 Oktober 2015 0 comments

Notes68 : With great power comes great responsibility?

Ketika janji untuk mengubah realita dengan perbaikan diri dan transformasi sikap telah diucapkan, kebenaran akan niatan hanya dapat terlihat dari langkah kita berjalan. Menjadi salah satu yang spesial bukan hanya menjadi kesombongan diri, namun menjadi sebuah ujian karena sebuah kebun yang indah tak akan selamanya tetap indah bila tak ada yang merawat.

Tak cukupkah satu atau dua buah bekal untuk mengisi rasa lapar dan dahaga untuk menguatkan fisik kita menempuh sebuah perjalanan. Bekal yang kita dapatkan itu adalah bekal istimewa, namun mengapa terasa hambar dan tak menjadi sebuah alasan untuk bersyukur dengan melangkah lebih percaya diri dan bekerja lebih sungguh-sungguh. Karena tak semua orang diberikan bekal. Dan tak semua orang juga dapat diperlakukan istimewa. Karena keistimewaan  datang bersama dengan rasa hormat dan tanggung jawab. Mengapa kita manusia selalu tak paham dimana kita berpijak.

Bukan menjadi suatu halangan, bukan menjadi suatu beban ketika ekspektasi sudah terlanjut terlontar pada diri kita. Mengapa teriakan aspirasi yang menggema tidak bisa kita balas dengan senyuman dan rasa bangga. Apakah dunia selalu menjadi pegangan kita sehingga kita terlalu terjerumus akan kebohongan realita yang terpikir dalam kepala kita. Atau terlalu percaya atas bisikan-bisikan rasa takut dan kemalasan. Ataukah dunia akhirat itu sudah tak dapat kita percayai adanya dan hanya menjadi harapan semu untuk dapat bermain di Surga-Nya.


Umur mengingatkanmu untuk menjadi lebih dewasa dan lebih dapat menerima. Kematian menantimu di setiap ujung pilihan kehidupan. Tangisan dan jerih payah mereka adalah dukungan yang kau tak setiap saat dengar. Wahai para pemimpin yang telah diberikan anugerah dan kesempatan yang tak ternilai harganya. Mengapa permainan anak kecil ini masih senang kau mainkan. 
 
;