Senin, 23 September 2013

Notes56 : Cukuplah kita melasut nanti di Surga-Nya

Hidup di dunia ini pasti terasa sangat ribet. Tiap hari pastinya ada saja tuntutan yang mesti kita lakukan. Apakah itu tuntutan tugas yang banyak, tuntutan pekerjaan, tuntutan mengurus persoalan di rumah, ataupun tuntutan hutang yang belum saja dibayar. Tuntutan-tuntutan itu adalah real terjadi di depan mata kita, namun kita masih sering merasa belum sepenuhnya tersadarkan untuk secara ikhlas menanggung beban harian kita. Beban itu sebenarnya adalah hal yang baik buat kita karena semua hal itu adalah dari, oleh, dan untuk kita. Bila ingin menolak hal itu, maka sama saja kita tengah menolah jati diri kita sendiri. Kehidupan bukanlah suatu beban, namun adalah suatu anugerah dan bentuk nikmat tak ada duanya. Mengapa? Kalau kita meninggal dunia, terputuslah semua urusan dunia, dimana kita hanya dapat berdiam diri sampai balasan atas amalan semasa hidup kita dihisab nantinya pada hari kiamat. Dengan masih diberikannnya hidup, masih banyak chance untuk kita berbuat kebaikan serta memperbaiki amalan buruk sehingga tak berbekas lagi pada akhlak kita.


Kembali ke tuntutan-tuntutan kehidupan yang selalu menjadi beban berat yang sebenarnya tak terlihat tapi mempengaruhi fisiologi tubuh kita. Anehnya beban yang tak terlihat oleh kasat mata ini benar-benar sering membuat kita menderita sindrom letih, lesu, dan lemas dan berakhir dengan kemalasan yang sangat. Ketika sebuah amanah besar datang, bukannya melihat sebuah potensi untuk meningkatkan kualitas diri, malah yang sering kita lihat adalah bayangan rasa berat yang mengikutinya. Beban-beban yang hanya menjadi bayangan itu menjadi sorotan besar diri kita, sedangkan hikmah dari datangnya suatu pekerjaan ataupun amanah itu kadang dinomorduakan. Lucunya saat diri kita atau orang lain tengah berjalan di bawah terik matahari, sadarkah kita bahwa bayangan itu selalu mengikuti kita? Berapa sering kita memperhatikan hal itu?

Anggapan tentang suatu beban itu berat telah membuat hati kita letih dan lesu dalam menjalankan suatu amalan kebaikan. Hati akan menjadi sakit saat kita isi dengan hal-hal yang bersifat racun atau merusak dan akan terawat sehat dan bugar ketika kita mengisinya dengan hal-hal yang baik. Berpikir positif atas semua beban kehidupan ini adalah bentuk syukur yang luar biasa. Rasul bersabda “Di antara (tanda) kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tak berguna baginya” (HR Tirmidzi). Menggerutu ataupun bersifat ogah-ogahan merupakan hal yang tak berguna pada akhirnya. Hanya akan membuang-buang waktu kita di dunia ini. Orang yang usianya bertambah maka jumlah umurnya telah berkurang dan sebaiknya merenungkan telah dipakai apa saja waktunya selama ini. Siapa yang tahu batas umur kita di dunia ini?

Merasa capek atas segala tuntutan kehidupan itu adalah hal yang wajar. Namun sebagai seorang muslim yang baik, tak seharusnya berlarut-larut dalam hal sepele seperti itu. Bahwa segala sesuatu itu pasti adalah balasan dari Allah semata. Kuat tidaknya kita nanti dalam mengantongi beban dan tuntutan itu hanya Allah yang tahu. Biarlah beban-beban tersebut menjadi bumbu yang menguatkan hati dan diri kita. Analoginya seperti seseorang yang pergi ke arena gym untuk menguatkan otot-ototnya dengan cara berlatih mengangkat barbel-barbel berat. Seseorang tak ada yang terlahir kuat banget. Hanya pengalaman dan niat ikhlas dalam melakukan suatu pekerjaan beratlah yang mendidiknya sedikit demi sedikit menjadi pribadi islami yang kokoh untuk menapaki jalan kehidupan yang banyak dengan tuntutan.

Cukuplah kita melasut di Surga Allah yang kekal nanti, daripada melasut di dunia yang hanya bernilai dosa dan rugi.

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ

 فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ

 شَهِيدًا
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS An-Nisa : 79)

“(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)” (QS An-Najm : 38-42)

0 comments:

Posting Komentar

 
;