Hidup di dunia ini pasti terasa sangat ribet. Tiap hari pastinya
ada saja tuntutan yang mesti kita lakukan. Apakah itu tuntutan tugas yang
banyak, tuntutan pekerjaan, tuntutan mengurus persoalan di rumah, ataupun
tuntutan hutang yang belum saja dibayar. Tuntutan-tuntutan itu adalah real
terjadi di depan mata kita, namun kita masih sering merasa belum sepenuhnya
tersadarkan untuk secara ikhlas menanggung beban harian kita. Beban itu
sebenarnya adalah hal yang baik buat kita karena semua hal itu adalah dari,
oleh, dan untuk kita. Bila ingin menolak hal itu, maka sama saja kita tengah
menolah jati diri kita sendiri. Kehidupan bukanlah suatu beban, namun adalah
suatu anugerah dan bentuk nikmat tak ada duanya. Mengapa? Kalau kita meninggal
dunia, terputuslah semua urusan dunia, dimana kita hanya dapat berdiam diri
sampai balasan atas amalan semasa hidup kita dihisab nantinya pada hari kiamat.
Dengan masih diberikannnya hidup, masih banyak chance untuk kita berbuat kebaikan serta memperbaiki amalan buruk
sehingga tak berbekas lagi pada akhlak kita.
Kembali ke tuntutan-tuntutan kehidupan yang
selalu menjadi beban berat yang sebenarnya tak terlihat tapi mempengaruhi
fisiologi tubuh kita. Anehnya beban yang tak terlihat oleh kasat mata ini
benar-benar sering membuat kita menderita sindrom letih, lesu, dan lemas dan
berakhir dengan kemalasan yang sangat. Ketika sebuah amanah besar datang,
bukannya melihat sebuah potensi untuk meningkatkan kualitas diri, malah yang
sering kita lihat adalah bayangan rasa berat yang mengikutinya. Beban-beban
yang hanya menjadi bayangan itu menjadi sorotan besar diri kita, sedangkan
hikmah dari datangnya suatu pekerjaan ataupun amanah itu kadang dinomorduakan. Lucunya
saat diri kita atau orang lain tengah berjalan di bawah terik matahari,
sadarkah kita bahwa bayangan itu selalu mengikuti kita? Berapa sering kita
memperhatikan hal itu?
Anggapan tentang suatu beban itu berat telah
membuat hati kita letih dan lesu dalam menjalankan suatu amalan kebaikan. Hati
akan menjadi sakit saat kita isi dengan hal-hal yang bersifat racun atau
merusak dan akan terawat sehat dan bugar ketika kita mengisinya dengan hal-hal
yang baik. Berpikir positif atas semua beban kehidupan ini adalah bentuk syukur
yang luar biasa. Rasul bersabda “Di antara
(tanda) kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tak
berguna baginya” (HR Tirmidzi). Menggerutu
ataupun bersifat ogah-ogahan merupakan hal yang tak berguna pada akhirnya. Hanya
akan membuang-buang waktu kita di dunia ini. Orang yang usianya bertambah maka
jumlah umurnya telah berkurang dan sebaiknya merenungkan telah dipakai apa saja
waktunya selama ini. Siapa yang tahu batas umur kita di dunia ini?
Merasa capek atas segala tuntutan kehidupan
itu adalah hal yang wajar. Namun sebagai seorang muslim yang baik, tak
seharusnya berlarut-larut dalam hal sepele seperti itu. Bahwa segala sesuatu
itu pasti adalah balasan dari Allah semata. Kuat tidaknya kita nanti dalam
mengantongi beban dan tuntutan itu hanya Allah yang tahu. Biarlah beban-beban
tersebut menjadi bumbu yang menguatkan hati dan diri kita. Analoginya seperti
seseorang yang pergi ke arena gym untuk menguatkan otot-ototnya dengan cara
berlatih mengangkat barbel-barbel berat. Seseorang tak ada yang terlahir kuat banget. Hanya pengalaman dan niat ikhlas
dalam melakukan suatu pekerjaan beratlah yang mendidiknya sedikit demi sedikit
menjadi pribadi islami yang kokoh untuk menapaki jalan kehidupan yang banyak
dengan tuntutan.
Cukuplah kita melasut di Surga Allah yang kekal nanti, daripada melasut di dunia yang hanya bernilai
dosa dan rugi.
مَا أَصَابَكَ مِنْ
حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ
فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ
شَهِيدًا
فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ
شَهِيدًا
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu
menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS An-Nisa : 79)
“(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi
balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada
Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)” (QS An-Najm : 38-42)
0 comments:
Posting Komentar