yesugarden.blogspot.com |
Seperti burung yang terjerat dalam sangkarnya
yang kokoh..
Tak begitu banyak yang dapat diperbuat. Hanya
bisa bertengger manis di dalam sebuah rumah yang lebih pantas disebut dengan
penjara. Hidupnya untuk terbang bebas itu hanyalah angan-angan yang ingin
segera terkabul. Berkelana bersama kawan-kawan dan menghirup harumnya kebebasan di atas langit biru. Tak sedikit. Tak
sedikit awan putih indah menghiasinya. Itulah langit luas. Langit dengan sejuta
harapan.
Dia tertunduk diam tak bersuara. Kenangan yang
ia buat hanyalah tentang sempitnya sangkar itu. Sesekali ia melihat bagaimana
keadaan di luar. Selalu berubah sepanjang waktu. Apakah itu terang? Apakah itu
gelap? Terlihat jelas dari dalam kerangkeng besi itu. Namun hati kecilnya tak
meronta-ronta untuk memaksanya keluar dari penjara itu. Matanya terbuka lebar
dan menerawang sekeliling rumah kecilnya. Tak ada gambaran yang membekas
dibenaknya. Selalu sama. Tak ada rasa semangat
ataupun rasa sedih yang terpancar dari kedua matanya. Apakah kebutaan sudah
menghalangi pandanganmu? Apakah buta sudah menjadi pilihanmu?
Saat lapar datang, makanan sudah tersedia
dihadapannya. Saat haus tiba, minuman segar sudah menanti untuk ia teguk. Saat
kantuk menguasai, tak ada satupun yang melarangnya untuk tidur dengan pulasnya.
Kesehariannya selalu sama. Sebuah pengulangan yang tak kunjung habis. Rasa
bosan sudah menjadi bagian dari hidupnya, dan kejenuhan adalah hidupnya. Apakah
arti perubahan bagi dirimu?
Kawan-kawannya sudah tak begitu dapat
terlihat dari balik jeruji besi itu. Kepakan sayap yang kuat sudah membawa
mereka ke zona lain yang tak dapat ia lihat dan bayangkan. Cukuplah dia
bertengger di dalam sangkar kecil itu. Tak ada satupun yang kembali untuk
melihatnya. Itulah sebuah realita bagi mereka yang tertinggal. Sampai kapan kau
hanya bisa menunggu?
“Sudahlah kawan. Paculah terus sayapmu.
Temukan bukti apakah dunia itu luas atau sempit. Temukan pula ujung langit luas
itu. Janganlah kau lupa tuk kembali. Bukan karena aku tak ingin keluar dari
semua ini. Bukan karena aku tak ingin menemanimu. Bukan karena aku tak bisa terbang cepat
sepertimu. Aku di sini hanyalah ingin mencoba untuk memahami apa arti dari keikhlasan
dan kesabaran.”
Bila dunia yang kau dapati terasa begitu luas
bagimu, mengapa kau tidak berbaginya denganku. Bila dunia memang sempit adanya,
masihlah ada sangkar kecil ini yang dapat kita tinggali bersama. Karena tidak
selamanya sempit itu dapat kau artikan sempit,
Seperti burung dalam sangkar. Sungguh tekad
dan impiannya itu sangat luas. Lebih luas dari sang langit biru yang selalu
dinanti.
0 comments:
Posting Komentar