Senin, 16 September 2013

Notes54 : Burung Dalam Sangkar

yesugarden.blogspot.com
Seperti burung yang terjerat dalam sangkarnya yang kokoh..

Tak begitu banyak yang dapat diperbuat. Hanya bisa bertengger manis di dalam sebuah rumah yang lebih pantas disebut dengan penjara. Hidupnya untuk terbang bebas itu hanyalah angan-angan yang ingin segera terkabul. Berkelana bersama kawan-kawan dan menghirup harumnya kebebasan di atas langit biru. Tak sedikit. Tak sedikit awan putih indah menghiasinya. Itulah langit luas. Langit dengan sejuta harapan.


Dia tertunduk diam tak bersuara. Kenangan yang ia buat hanyalah tentang sempitnya sangkar itu. Sesekali ia melihat bagaimana keadaan di luar. Selalu berubah sepanjang waktu. Apakah itu terang? Apakah itu gelap? Terlihat jelas dari dalam kerangkeng besi itu. Namun hati kecilnya tak meronta-ronta untuk memaksanya keluar dari penjara itu. Matanya terbuka lebar dan menerawang sekeliling rumah kecilnya. Tak ada gambaran yang membekas dibenaknya. Selalu sama.  Tak ada rasa semangat ataupun rasa sedih yang terpancar dari kedua matanya. Apakah kebutaan sudah menghalangi pandanganmu? Apakah buta sudah menjadi pilihanmu?

Saat lapar datang, makanan sudah tersedia dihadapannya. Saat haus tiba, minuman segar sudah menanti untuk ia teguk. Saat kantuk menguasai, tak ada satupun yang melarangnya untuk tidur dengan pulasnya. Kesehariannya selalu sama. Sebuah pengulangan yang tak kunjung habis. Rasa bosan sudah menjadi bagian dari hidupnya, dan kejenuhan adalah hidupnya. Apakah arti perubahan bagi dirimu?
Kawan-kawannya sudah tak begitu dapat terlihat dari balik jeruji besi itu. Kepakan sayap yang kuat sudah membawa mereka ke zona lain yang tak dapat ia lihat dan bayangkan. Cukuplah dia bertengger di dalam sangkar kecil itu. Tak ada satupun yang kembali untuk melihatnya. Itulah sebuah realita bagi mereka yang tertinggal. Sampai kapan kau hanya bisa menunggu?

“Sudahlah kawan. Paculah terus sayapmu. Temukan bukti apakah dunia itu luas atau sempit. Temukan pula ujung langit luas itu. Janganlah kau lupa tuk kembali. Bukan karena aku tak ingin keluar dari semua ini. Bukan karena aku tak ingin menemanimu.  Bukan karena aku tak bisa terbang cepat sepertimu. Aku di sini hanyalah ingin mencoba untuk memahami apa arti dari keikhlasan dan kesabaran.”

Bila dunia yang kau dapati terasa begitu luas bagimu, mengapa kau tidak berbaginya denganku. Bila dunia memang sempit adanya, masihlah ada sangkar kecil ini yang dapat kita tinggali bersama. Karena tidak selamanya sempit itu dapat kau artikan sempit,

Seperti burung dalam sangkar. Sungguh tekad dan impiannya itu sangat luas. Lebih luas dari sang langit biru yang selalu dinanti. 

0 comments:

Posting Komentar

 
;