Kuliah tak selama harus berada dalam lingkungan kampus,
begitu pula pelajaran yang didapat tidak selalu harus diberikan oleh para bapak
ibu dosen. Universitas Padjadjaran memberikan peluang bagi kami, termasuk saya,
yaitu para mahasiswa tingkat 3 untuk dapat menyerap segala ilmu yang pastinya
bertebaran di bumi ini. Tak terkecuali ilmu yang hilir mudik berlarian di suatu
desa yang tak pernah saya kunjungi dan kenali sebelumnya, Desa Salakaria.
Desa Salakari adalah salah satu desa dari 6 desa yang
terdapat di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis. Menurut saya desa ini cukup
besar, terdiri atas 8 dusun yaitu : Hilir, Mekarjaya, Girang, Pasirnagara,
Pasirbentang, Karang Tengah, Sukarasa dan dikepalai oleh kepala dusun yang
dipilih secara musyawarah oleh masyarakat tiap dusun. Kepala Desa Salakaria,
Pak Edy, kurang lebih sudah 6 tahun menjabat menjadi kepala desa dan memimpin
desa ini dengan baik. Pak Apipudin sekarang menggantikan pak Edy sebagai kepala
desa dikarenakan beliau mengundurkan diri disebabkan keinginannya untuk
melanjutkan karir politiknya ke kancah perwakilan rakyat tingkat kabupaten
tahun 2013 ini. Selain itu terdapat beberapa lembaga masyarakat, diantaranya
Badan Permusyawaratan Daerah (BPD), Karang Taruna, Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK), dan Kelompok Tani.
Desa Salakaria merupakan salah satu desa di Indonesia dengan
mayoritas penduduknya bekerja di bidang pertanian. Bila kita berkunjung kesana,
kita dapat melihat sawah puluhan hektar terbentang di beberapa titik serta
banyaknya pepohonan rindang yang semakin membuat daerah ini terlihat hijau. Dan
kala itu saya datang di saat panen tiba. Luar biasa sekali warga desa
bersemangat dalam memanen hasil tanam mereka yang alhamdulillah sudah
menunjukan hasilnya yang baik. Tak hanya padi, desa salakaria kaya akan hasil
pertanian lainnya yaitu jagung, ubi, mentimun, dsb. Permasalahan yang terdapat
di sektor pertanian meliputi modal untuk pembelian bibit serta pengelolaan
tanaman dari serangan hama. Kurangnya pengetahuan dan keahlian dalam menangani
serangan hama, menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan kualitas tanaman
warga.
Desa yang berprestasi di tingkat kabupaten dalam perihal
pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB) beberapa tahun terakhir ini, tak hanya
aktif dalam bidang pertanian. Sektor peternakan dan perikanan sedang mulai
dikembangkan. Hewan ternak yang dibiakkan di desa ini adalah ayam, domba, dan
sapi. Untuk sektor perikanan, ikan mujair dan gurame menjadi pilihan untuk
dibiakkan. Memang masih terdapat berbagai persoalan dalam kedua sektor yang
tengah dikembangkan ini misalnya adalah pengetahuan warga desa mengenai
pengelolaan yang baik dan juga pengalaman dalam hal tersebut.
Mungkin saya dapat katakan bahwa Desa Salakaria, merupakan
desa yang masih dapat kita sebut “desa yang sesungguhnya” dilihat dari
kehidupan keseharian desa yang masih sederhana. Warga masyarakat menjunjung
tinggi nilai silaturahmi dan keluarga. Tak heran bila warga desa ini begitu
ramah dan baik terhadap sesama, tak terkecuali saya yang mungkin dapat dicap
sebagai orang asing. Semangat dan aura keislaman sangatlah terasa di desa ini.
Mengapa saya mengatakan itu dikarenakan program yang memang selalu berjalan
tiap tahun ke tahun adalah pengajian umum yang relatif rutin dan sering dilakukan, pengajian umum desa yang rutin dilakukan tiap
bulan di salah satu dusun dan pengajian rutin mingguan di setiap dusun. Hal ini
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Terdapat 7 masjid jami’ dan
25 masjid kecil/mushola tersebar merata di setiap dusun. Tak heran bila setiap
warganya ramah, agama mereka ternyata yang selalu menjaga dan mengingatkannya.
Desa ini begitu tenang dan damai. mungkin hanya sekali-kali
terdengar ribut dikarenakan motor satu atau dua motor yang melintas di jalan pedesaan
yang tidak begitu mulus. Warga-warganya ramah dan selalu menyapa kita semua,
sang mahasiswa yang masuk desa. Banyak harapan dari mereka, dan syukur sekali
diri ini, atas do’a mereka untuk kami. Selalu terucap dari mereka, “semoga
sukses kuliahnya” atau “semoga lancar kuliahnya”. Itu do’a yang indah terucap
dari warga yang mungkin baru pertama kali bertemu ataupun berbincang-bincang
sejenak. Banyak sekali hikmah dan pembelajaran. Belajar tentang kesederhanaan
dan kekeluargaan.
0 comments:
Posting Komentar