Sabtu, 10 Agustus 2013

Notes52 : Si Kotak, Si Saksi Bisu

Mungkin gambar benda di samping sering kita lihat, khususnya di dalam masjid atau tempat-tempat yang tengah membutuhkan bantuan finasial. Ya itu adalah kencleng masjid atau biasa juga dikenal dengan kotak amal. Mengapa disebut kotak amal? Ya dengan memasukkan sebagian rezeki yang Allah berikan kepada kita dalam bentuk uang, kita bisa beramal dan sekalian mensyukuri apa yang kita miliki sampai saat ini. Ini hanya tulisan kecil tentang saksi bisu atas sikap kedermawanan dan sikap untuk saling berbagi kita.


Sudah bertahun-tahun mungkin berlalu, namun aku masih tetap sabar menunggu. Aku tergeletak diam tanpa suara. Tiap hari aku melihat orang lalu lalang berjalan melewatiku. Sungguh enak sekali ya bisa berjalan, bisa pergi kesana kemari, berlari-lari menggapai apa yang ingin kita gapai. Namun aku hanya bisa diam dan menunggu. Sedih? Tidak, mungkin bagiku sudah biasa.

Apa yang sebenarnya kutunggu? Sejujurnya tak ada yang memerintahkanku untuk menunggu. Aku hanya diletakan di atas meja ini. Aku yang dulunya kinclong, kini sudah karatan, sudah termakan usia yang cukup lama. Aku sendirian? Untungnya tidak. Aku masih punya teman. Dia si gembok yang selalu memelukku erat setiap saat dan selalu menggigil ketika cuaca dingin pada malam hari tiba atau basah oleh keringatnya saat siang hari datang. Aku sayang padanya. Aku mungkin beruntung karena walaupun kecil dia selalu melindungiku.

Hanya si gembok saja? Oh tidak. Tak hanya gembok, aku juga punya teman lain. Dia datang setiap minggu untuk melihat dan membuka isi perutku apakah sudah penuh atau belum. Aku senang sekali bila ia datang. Apa lagi bila isi perutku penuh dengan lembaran-lembaran kertas yang bergambar pahlawan nasional itu loh. Tak sedikit koin-koin kecil dapat ditemukan dalam perutku ini hehe. Satu hal yang selalu kutunggu-tunggu keluar dari mulut temanku yang satu ini yaitu ucapan “Alhamdulillah” dan senyuman manis yang indah di wajahnya.

Anehnya sudah lama sekali aku tidak melihat orang-orang menghampiriku. Sebenarnya silaturahmi itu pentingkan? Namun mengapa tak satupun orang datang mendekatiku di masa awal lebaran ini. Mereka hanya berpapasan denganku saja tanpa sedikitpun memberi salam. Semakin hari, semakin sepi saja. Dulu kok waktu bulan ramadhan banyak yang datang menghampiriku, sekarang makin sedikit saja. Kadang-kadang aku mengintip isi kantong orang-orang yang lewat di depanku. Tak sedikit yang memiliki banyak lembaran-lembaran kertas yang disenangi temanku itu bertumpukkan di kantong celana atau dompet mereka. Namun aku heran mengapa tak satupun yang mau berbagi dan memasukan kertas itu ke perutku. Sungguh aneh. Sungguh aneh.


Aku sebenarnya ingin berteriak dan meminta, sedikitnya satu lembar kertas itu. Aku ingin melihat wajah teman manusiaku lebih ceria dan bahagia saat dia menemuiku minggu depan. Namun apa boleh buat. Aku hanya pintar berdiam diri. Aku hanya pintar menunggu dan bersabar. Aku hanyalah sebuah kotak dab yang pasti aku bukanlah salah satu dari mereka. 

0 comments:

Posting Komentar

 
;