Mungkin
gambar benda di samping sering kita lihat, khususnya di dalam masjid atau
tempat-tempat yang tengah membutuhkan bantuan finasial. Ya itu adalah kencleng masjid atau biasa juga dikenal
dengan kotak amal. Mengapa disebut kotak amal? Ya dengan memasukkan
sebagian rezeki yang Allah berikan kepada kita dalam bentuk uang, kita bisa
beramal dan sekalian mensyukuri apa yang kita miliki sampai saat ini. Ini hanya
tulisan kecil tentang saksi bisu atas sikap kedermawanan dan sikap untuk saling
berbagi kita.
Sudah
bertahun-tahun mungkin berlalu, namun aku masih tetap sabar menunggu. Aku tergeletak
diam tanpa suara. Tiap hari aku melihat orang lalu lalang berjalan melewatiku. Sungguh
enak sekali ya bisa berjalan, bisa pergi kesana kemari, berlari-lari menggapai
apa yang ingin kita gapai. Namun aku hanya bisa diam dan menunggu. Sedih? Tidak,
mungkin bagiku sudah biasa.
Apa yang
sebenarnya kutunggu? Sejujurnya tak ada yang memerintahkanku untuk menunggu.
Aku hanya diletakan di atas meja ini. Aku yang dulunya kinclong, kini sudah karatan, sudah termakan usia yang cukup lama. Aku
sendirian? Untungnya tidak. Aku masih punya teman. Dia si gembok yang selalu
memelukku erat setiap saat dan selalu menggigil ketika cuaca dingin pada malam
hari tiba atau basah oleh keringatnya saat siang hari datang. Aku sayang
padanya. Aku mungkin beruntung karena walaupun kecil dia selalu melindungiku.
Hanya si
gembok saja? Oh tidak. Tak hanya gembok, aku juga punya teman lain. Dia datang
setiap minggu untuk melihat dan membuka isi perutku apakah sudah penuh atau
belum. Aku senang sekali bila ia datang. Apa lagi bila isi perutku penuh dengan
lembaran-lembaran kertas yang bergambar pahlawan nasional itu loh. Tak sedikit
koin-koin kecil dapat ditemukan dalam perutku ini hehe. Satu hal yang selalu
kutunggu-tunggu keluar dari mulut temanku yang satu ini yaitu ucapan “Alhamdulillah”
dan senyuman manis yang indah di wajahnya.
Anehnya sudah
lama sekali aku tidak melihat orang-orang menghampiriku. Sebenarnya silaturahmi
itu pentingkan? Namun mengapa tak satupun orang datang mendekatiku di masa awal
lebaran ini. Mereka hanya berpapasan denganku saja tanpa sedikitpun memberi
salam. Semakin hari, semakin sepi saja. Dulu kok waktu bulan ramadhan banyak
yang datang menghampiriku, sekarang makin sedikit saja. Kadang-kadang aku
mengintip isi kantong orang-orang yang lewat di depanku. Tak sedikit yang
memiliki banyak lembaran-lembaran kertas yang disenangi temanku itu
bertumpukkan di kantong celana atau dompet mereka. Namun aku heran mengapa tak
satupun yang mau berbagi dan memasukan kertas itu ke perutku. Sungguh aneh. Sungguh
aneh.
Aku sebenarnya
ingin berteriak dan meminta, sedikitnya satu lembar kertas itu. Aku ingin
melihat wajah teman manusiaku lebih ceria dan bahagia saat dia menemuiku minggu
depan. Namun apa boleh buat. Aku hanya pintar berdiam diri. Aku hanya pintar
menunggu dan bersabar. Aku hanyalah sebuah kotak dab yang pasti aku bukanlah
salah satu dari mereka.
0 comments:
Posting Komentar