Rabu, 07 Agustus 2013

Story 4 :Bangun Manusia Kecil!

Hari yang indah. Bukan hari yang pantas untuk disia-siakan untuk tiduran lagi di kasur yang empuk itu. Matahari mulai mencoba untuk terbit dan bersinar dengan leluasa tanpa ada iringan awan yang kadang menghalangi pancaran cahayanya. Pagi dingin pun mulai menghangat dan membangunkan para penidur yang terlalu terlelap oleh rayuan mimpi. Waktunya sudah tiba untuk bangun untuk Manusia Kecil. Apa yang mungkin terjadi hari ini. Hhmm... sepertinya tak ada satupun yang tahu.

Manusia Kecil terbangun akibat suara gaduh di luar rumahnya. Apa gerangan yang dapat menimbulkan suara ribut itu. Matanya sedikit merah, rambutnya masih terlihat semrawut dan jalannya masih sempoyongan. Dia berjalan terkantuk-kantuk menuju jendela kamarnya untuk memastikan sumber suara yang telah menariknya keluar dari ranjangnya yang empuk. Dia melihat keluar rumah dan mencari-cari suara gaduh itu. Kadang-kadang dia menggosok-gosok matanya untuk segera bangun dari kantuknya. Hhmm... tapi dia tak menemukan sumber suara itu. Wajahnya semakin cemberut. Lalu dia berlari dan loncat kembali ke ranjangnya.

Kembali matanya tertutup.

Setelah beberapa saat ibunya datang dan membangunkannya. “Hei anak manja, bangun yuk” sahut ibunya sambil memeluk manusia kecil. “bentar lagi, ma” jawab dia. Ibunya mengambil selimut yang dari tadi melindunginya dari sengatan dingin pagi itu dan segera merapikannya. Manusia kecil tak tahan akan sengatan dingin itu dan terpaksa turun dari ranjangnya. Ibunya hanya tersenyum kecil melihat wajahnya yang cemberut dan sekali-kali menguap. “Udah sholat shubuh belum, de?” tanya ibunya. Manusia kecil tersentak kaget. “Kalau mama tahu aku belum sholat bisa gawat ceritanya” pikir dia. Lalu dia dengan lantang menjawab “Sudah dong, ma! tadi dede ketiduran abis sholat”. “Oke, sekarang cepet mandi sana, bentar lagi mau sekolah kan?” pinta ibunya. Manusia Kecil senang karena telah mengelabui ibunya. “yes!” pikirnya dalam hati. Lalu dia pun berlari ke kamar mandi.
Semua sudah siap. Sarapan sudah, tas sudah lengkap dengan buku-buku mata pelajaran hari ini dan pastinya uang sudah nempel di dalam saku seragam hehe. Setelah mencium tangan ibunya dia pun memberi salam dan berjalan menuju sekolah.

Sekolah tak begitu jauh. Hanya berjalan 15 menit saja dia sudah sampai di sekolah. Waktu itu pukul 6.30, tapi sekolah masihlah terlihat sepi. “jam segini kok masih sepi ya?” pikirnya. Lalu dia masuk ke ruang kelasnya. Tak satupun temannya berada di sana. “Loh kok?” Manusia kecil menyimpan tas kecilnya dan berjalan keluar ruang kelasnya. Dia berjalan-jalan di sekitar sekolahnya namun tak menemukan satupun orang berjalan di lorong ataupun di ruangan lain. Semakin bingunglah Manusia Kecil.

Manusia kecil kembali ke ruang kelasnya dengan perasaan gelisah dan bingung. Kemanakah orang-orang hari ini. Detik demi detik berlalu. Menit demi menit berlalu. Tak satu pun orang datang untuk menemaninya di ruang kelas yang cukup besar itu. Manusia kecil semakin gelisah dan takut.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi dan seharusnya kelas sudah dimulai. Tapi satu gurupun tak ada yang ia lihat. Tiba-tiba ada suara aneh yang memecah kesunyian. Manusia Kecil tersentak kaget dan memeluk tas sambil menutup matanya. “Suara apa itu?” tanyanya dalam hati. Dia melihat ke sekeliling ruang kelas. Tak ada tanda-tanda asal suara itu. Tiba-tiba suara itu kembali muncul. Perasaan kaget dan takut semakin menjadi-jadi. Manusia Kecil pun berlari keluar ruang kelas untuk menyelamatkan diri. Wajahnya pucat dan berkeringat. Air matanya mulai menggenangi kedua matanya. Hanya satu yang terpikir di benaknya. Ibunya. Dia berlari kencang menuju rumah sambil berteriak memanggil ibunya.

Dalam perjalanan pulang dia menyadari bahwa jalan yang ia lewati itu terlalu sepi. Lampu di rumah-rumah dan toko-toko padam. Tak ada seorangpun yang ia lihat ada di jalanan. Mobil dan motorpun tak ada satupun yang melewati jalan itu. Rasa takut itu makin menguasainya. Dia berlari sekencang-kencangnya menuju rumahnya. Wajahnya pucat dan air matanya mulai mengalir membasahi pipinya.

Tak ada kata hati-hati dalam kamusnya saat itu. Dia berlari kencang bak peserta olimpiade cabang lari sprint. Namun tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu. Dia kaget. Badannya melayang sejenak di udara. Wajahnya cemas bercampur takut. Dia menukik. Dan akhirnya dia jatuh.

“Duk!” terdengar suara benda keras jatuh.

“Kenapa, de?” tanya seseorang di sampingnya. “ini dimana?” tanya manusia kecil. “Ya di rumahlah” jawab orang itu. Manusia Kecil terdiam sesaat. Dia masing bingung atas apa yang terjadi. Lalu dia mengamati orang yang ada di sampingnya. “Eh mama?” kata Manusia Kecil. “Ya emang siapa lagi de kalau bukan mama? Udah sholat shubuh belum, tuh udah jam 5” kata ibunya. “Belum, ma” jawab manusia kecil malu.   

0 comments:

Posting Komentar

 
;