Selasa, 29 Januari 2013

Story 1 : Manusia Kecil

Yah bercerita itu memang sungguh mengasyikan. Kadang kala banyak sekali cerita yang keluar dari bibir kita ketika tengah bercakap-cakap dengan teman dalam keadaan senggang. Waktu akan bergulir cepat diisi dengan canda dan tawa tentang bahasan cerita yang kita adukan bersama. Ya itulah teman untuk berbagi cerita.

Mari kita buka cerita ini...
Tak ada yang dapat membuat perasaan anak itu kembali senang dan ceria selain melihat senyuman dari wajah kedua orang tuanya. Senyuman yang menggambarkan rasa cinta dan bangganya atas diri anak itu. Sungguh luar biasa, anak yang mereka tengah besarkan dan rawat dengan penuh kasih sayang telah tumbuh semakin besar dari waktu ke waktu. Mungkin hanya syukur yang dapat mereka panjatkan dan mengatakan dengan penuh kebanggaan dalam hati mereka “Inilah anakku, seorang anak yang dititipkan Allah padaku, buah hati yang telah ku rawat, ku didik, dan tak lupa ku sayang.”

Tak dapat dipungkiri bahwa anak ini begitu lugu dan polos layaknya selembar kertas putih yang masih kosong tanpa coretan. Dan kertas kosong itu pun makin hari akan makin terisi. Terisi dengan berbagai pengalaman yang ia dapatkan dari kelima aspek indera yang manusia miliki yaitu pernglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan sentuhan, sehingga muncul banyaknya pertanyaan tentang hidup ini yang menghiasi kepala manusia kecil ini. tak banyak pertanyaan itu dapat terjawab sepenuhnya hanya dari melihat dan mendengar saja. Kadang rasa penasaran untuk mencari sendiri jawaban itu pun muncul, ya dapat dibilang manusia kecil butuh jawaban versi dirinya.

Hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, dan detik demi detik terus berlalu. Banyak pengetahuan dan kemampuan yang telah didapatkan oleh manusia kecil. Dari pengetahuan membuat kue dari tanah sampai mampu membuat warna putih baju berubah hitam kecoklatan. Sungguh ajaib mungkin dapat dibilang itulah keseharian yang dilakukan oleh manusia kecil yang diawali dengan makan, bermain, buang air, tidur, dan kembali lagi makan. Siklus yang pastinya mainstream dan terlihat biasa tapi di mata manusia kecil sangatlah indah dan menyenangkan. Itulah pelajaran awal tentang hidup yang ia dapatkan. Bahwa hidup itu adalah “ladang permainan”. Oleh karena itu mari kita bermain kawanku, habiskan hidup kita hari ini dengan canda tawa sampai habis keringat ini, sampai habis tenaga ini, sampai habis tawa ini dan akhirnya rasa kantuk hadir di kedua kelopak mata kita.

Langkah riang dan teriakan kecil selalu menghiasi rumah kecil itu. Rumah kecil yang hanya terisi oleh keluarga kecil ini, Ayah, ibu, dan si manusia kecil. Manusia kecil berlari mengelilingi ibu yang tengah duduk di atas karpet yang menutupi lantai berdebu itu. Wajahnya manis dan bersemangat setelah ibu memberi makan dia pagi itu. Ibu yang tengah menyetrika pakaian hanya bisa tersenyum melihat anaknya berlarian, walaupun nampak sedikit khawati kalau kalau anak satu-satunya itu jatuh terpeleset ataupun berbenturan dengan benda tumpul atau tajam yang ada di ruangan itu. Namun manusia kecil tak terlalu memperdulikan kekhawatiran ibu itu. Dia merasa sudah cukup besar walaupun tingginya itu belum mencapai tinggi meja makan pada umumnya. Setelah merasa capek, dia mengambil beberapa mainan kecilnya dan duduk di samping ibu. Dia sekali-kali melirik ke arah ibu seolah-olah memanggilnya untuk ikut serta bermain dengannya. Namun ibu tengah asik menyetrika dan membuatnya tak begitu memperhatikannya saat itu. Manusia kecil pun hanya bisa duduk diam dan berpikir bahwa baju itu telah mengambil perhatian ibu sehingga lupa kepadanya. Akhirnya tangisan dia pun pecah dan mengagetkan ibu yang ada di sampingnya. Lalu ibu pun menghentikan aktivitas menyetrikanya dan menggendong anaknya yang menangis itu dan berjalan ke luar rumah sambil mencoba menenangkan manusia kecil. Ibu hanya tersenyum melihat anaknya yang tengah menangis itu. Manusia kecil merasa bingung mengapa ibunya tersenyum dan tangisannya pun reda. “Manusia kecil, menangislah bila memang tangisan itu dapat meredakan kekesalan dan amarahmu dan cobalah untuk tersenyum karena senyuman adalah tanda bahwa dirimu kuat untuk melupakan dan merelakan kekesalanmu itu”, ibu berkata pelan sambil mengelus kepalanya. Manusia kecil hanya terdiam. Tak satupun perkataan ibunya itu dapat ia mengerti. Namun elusan dari ibunya cukup membuatnya kembali tenang dan akhirnya terlelap tidur di pangkuan ibu. Ibu membawanya masuk ke dalam rumah dan membaringkannya di tempat tidur dan berkata "Selamat tidur manusia kecil, bila tak banyak yang bisa kau lakukan  dan dapatkan saat kau terbangun, cobalah bermimpi dan penuhi itu semua di alam mimpimu, namun bila itu tak saja cukup bermimpilah, bercita-citalah dan bangun mimpi itu saat kau terbangun" sambil mengecup kening manusia kecil.

0 comments:

Posting Komentar

 
;