Minggu awal dimana maraknya euforia tahun baruan.
Namun tak begitu terasa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena
minggu awal masuk perkuliahan merupakan minggu-minggu yang diisi ujian semester
ganjil. Ya cukuplah tahun baru sebagai momen perubahan dan sebagai momen untuk
evaluasi diri untuk menjadi lebih baik lagi di hari-hari berikutnya. Karena hal
itu, liburan akhir tahun cukup tak hanya diisi dengan main-main, tapi persiapan
untuk ujian, walaupun yang dipersiapkan sebenarnya lebih kearah hati ini yang
masih saja denial bahwa ujian akan
segera menghampiri. Tapi hal itu memaksa untuk liburan lebih berkualitas dengan
memasukan jam-jam belajar yang kadang kita lupa masukan.
Inilah kampus saya yang dapat dibilang riweuh ketika musim ujian datang. Seperti
badai besar yang datang menerjang, kita sebagai para peserta dididik dituntut
untuk memaksimalkan kinerja dalam mempersiapkan diri bila tak mau terbawa arus
dan hilang dibawa badai ujian. Selalu dan selalu, hanya 2 hal yang diuji dalam
kasus ini. Ujian pikiran dan hati. Ujian pikiran meliputi ujian pemahaman,
pengetahuan dan daya pikir kita dan ujian mental berisi uji kesabaran,
keikhlasan, dsb. Double burden ini selalu
datang. Bila pikiran sudah mentok dan hati sudah tak kuat menahan tekanan ya
akhirnya timbul apa yang orang bilang sebagai galau dan stres.
Walaupun sedenial
apa kita pada awalnya dalam menghadapi hal buruk apa pun, ternyata hal buruk
itu terlewati dengan sangat cepat tanpa kita sadari. Mungkin momen-momen paling
berat yang dirasakan diri ini adalah detik-detik hal itu datang dimana skenario
terindah dan terburuk terus saling hantam dibenak pikiran ini. Tapi herannya
setelah encounter dengan hal itu, yaitu detik-detik setelahnya,
timbulah rasa bingung, yaitu timbulnya petanyaan-pertanyaan aneh tentang mengapa
terlalu riweuhnya akan hal yang belum
terjadi dan terlalu percaya dengan sesuatu yang sebenarnya belum tentu sesuai
dengan pemikiran kita itu. Ya itulah mungkin keanehan yang ada didiri kita,
proyeksi yang kita gambarkan, ataupun deduksi yang kita duga tak pernah
sepenuhnya sama dengan realita. Ya realita memang bukan milik kita. Itulah bukti
bahwa realita ini masihlah dipegang oleh Sang Ilahi. Dugaan seorang manusia tak
pernah ada yang benar, hal ini yang membuat saya kadang berpikir, janganlah
terlalu menuntut ataupun bergantung pada manusia, karena hasil yang kita
dapatkan mungkin adalah kekecewaan. Berbeda dengan berdo’a, mungkin saja
dikabulkan saat itu juga, mungkin terkabul di lain waktu, ataupun do’a itu
bermetamorfosis menjadi kebaikan yang banyak kita dapatkan dan kurang kita
sadari karena dinilai tak sesuai dengan do’a itu.
Evaluasi Januari (1)
0 comments:
Posting Komentar