Aku, kamu dan juga mereka. Tak ada satu pun
perbedaan yang terlalu berarti dilihat dari segi fisik kita sebagai seorang
manusia. Allah telah menciptakan kita dalam keadaan yang sebaik-baiknya.
Sebaik-baiknya yang Allah sendirilah yang tahu takaran nilai baik yang
sebenarnya.
Egoisme atau pandangan mementingkan diri sendiri
itu pastinya dimiliki oleh kita semua. Merasa kita lebih baik dibanding orang
lain adalah hal yang sangat luar biasa indah. Bagaimana kita lebih baik dimana
kita tak harus nampak dari luar. Secara diam-diam kita merasa bahwa kita lebih
baik dari orang lain dalam hal tertentu pun tak dapat terelakan. Isi hati kita
itu selalu jujur. Kebohongan adalah bentuk sikap atau usaha kita untuk mencoba
mengelak kenyataan. Yaitu kenyataan bahwa hati ini selalu ingin berkata jujur.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kita semua
diciptakan dalam keadaan terbaik. Namun hal baik yang Allah berikan pada tiap
orang itu beragam. Ada beberapa komponen ataupun aspek dimana seseorang itu
lebih baik dari orang lain. Perbedaan nilai lebih inilah yang mendasari mengapa
kita sering merasa iri hati. Ya mungkin inilah sejatinya manusia, kadang
terjerat akan sifat ingin memiliki segalanya. Tak heran mengapa banyak sekali
film-film ataupun cerita mengenai seberapa tamaknya manusia akan sesuatu,
apakah itu harta, kekuasaan, keahlian, dsb. Oleh karena itu nilai ikhlas, syukur,
dan juga rasa cukup memang patut kita pertanyakan.
Coba kita perhatikan kata membutuhkan dan
menginginkan. Kata membutuhkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki definisi “sangat perlu menggunakan” sedangkan kata menginginkan memiliki definisi
“menghendaki atau mengharapkan”. Ada apa dengan kedua kata tersebut? jawabannya
itu adalah kita seharusnya lebih mementingkan kata membutuhkan dibandingkan kata menginginkan,
Mengapa? Kita kadang selalu tergoda akan suatu hal dan terbesitlah suatu
keinginan. Tak ada yang salah dengan menginginkan sesuatu, tapi kadang kita tak
pernah berpikir apakan keinginan itu adalah hal yang sedang kita butuhkan saat
itu. Kita terlalu berpikir terlalu jauh dan melupakan hal penting yang ada di
depan mata kita. Tak ada upaya untuk memikirkan ulang apakah suatu hal itu kita
butuhkan atau hanya kita inginkan. Karena suatu hal yang kita butuhkan adalah
hal yang terpenting dan berpengaruh pada diri kita kedepannya di waktu itu,
sedangkan hal yang kita inginkan itu hanyalah ilusi yang ingin segera kita
wujudkan kala itu. Dan akhirnya kita lupa kita akan mencapainya kelak saat
kebutuhan itu telah tercapai.
Waktu itu terasa cepat saat kita tengah asik dengan
segala kesibukan harian kita. Kita kadang lupa dan tak terlalu memperhatikan
seberapa lama waktu telah berjalan. Namun ada kalanya saat waktu itu terasa
lama dan berat, yaitu saat kita tengah menunggu. Proses penantian itu pastinya
membuat kita merasa bosan dan selalu bertanya-tanya, kapan keinginan kita kan
terwujud, kapan ilusi-ilusi yang kita bayangkan akan menjadi nyata di dunia
ini? Akankah waktu itu kan datang? Ataukah waktu itu tepat waktu? Hanya
menunggu dan menunggu. Dan jangan lupa vitamin bernama kesabaran haruslah kita
minum pada keadaan seperti itu.
Inilah kita, mahluk yang diciptakan dalam keadaan
terbaik. Karena kita lebih baik, kita jatuh menjadi besar hati. Karena
keunggulan itu, kita akhirnya bersaing dan iri satu dan lainnya. Karena
keinginan untuk selalu memiliki, kita akhirnya terlalu terbebani untuk memenuhi
keinginan sesaat yang tak berarti. Dan karena merasa lamanya kebaikan itu
datang, kita pun mengenal putus asa dan rasa bosan.
Aku, kamu dan mereka memiliki banyak perbedaan.
Namun jangan lupa bahwa kita pun sama. Yaitu sama-sama saling mengisi dan
saling melengkapi.
0 comments:
Posting Komentar