Rabu, 16 Oktober 2013

Notes59 : Malu atas Maaf

2.bp.blogspot.com
Permintaan maaf adalah sebuah bentuk ungkapan penyesalan dan pengakuan diri atas segala hal buruk yang pernah kita perbuat terhadap seseorang. Kadang kita merasa canggung untuk meminta maaf terhadap orang lain dikarenakan waktunya yang kurang tepatlah atau mungkin lebih ke arah malu untuk berterus terang. Keinginan meminta maaf yang terus saja ditimbun akan berubah menjadi perasaan malu yang luar biasa berat. Rasa malu terhadap orang lain atas kebodohan kita akan menjadi rasa kecamuk di hati yang tak akan padam sampai sampai permintaan maaf itu kita lakukan.

Perasaan malu untuk meminta maaf adalah hal baik karena dengan begitu kita itu sadar atas segala perilaku buruk yang telah kita lakukan selama ini. Hal tersebut merupakan kunci kita untuk dapat berterus terang dengan diri kita atas kelakuan-kelakuan kita selama ini. Kita akhirnya tak dibutakan oleh kepercayaan diri bahwa segala hal yang kita pikirkan dan lakukan adalah suatu kebenaran mutlak. Begitu kita merasa malu, kita pastinya ingin merubah kekurangan kita ataupun bila tak sanggup maka kita akan mencoba menutupi keburukan kita dari orang lain. Hal positifnya adalah kita berusaha agar keburukan yang kita miliki akhirnya tidak berdampak buruk dan mendzalimi orang yang ada di sekitar kita.

Malu merupakan gerbang awal untuk memperbaiki hubungan diri kita dengan orang lain. ketika seseorang melewati tahapan ini dengan mulus dan berhasil mengendalikan rasa malu dalam dirinya, dia dapat masuk fase dimana dia akan bertekad untuk berubah. Rasa malu akan diri kita adalah bentuk cerminan diri bahwa kita telah memahami bahwa sejatinya tubuh dan jiwa yang dilahirkan ke dunia atas izin-Nya, tidaklah lebih tinggi dari orang lain yang ada di sekitar kita. Kita adalah manusia yang sering berbuat kesalahan baik disengaja ataupun tidak. Rasa malu ini akan selalu menjaga kita untuk tidak berbuat berlebih-lebihan sehingga kita belajar untuk menjadi pribadi yang bisa bersikap rendah hati terhadap sesama. Karena maaf tak akan terucap bila masih adanya kesombongna dalam hati kita. Karena kesombongan terus melekat pada diri seseorang yang terus melihat ke atas dan merasa lebih tinggi dari orang lain.

Meminta maaf kadang dinilai sebagai perilaku mengumbar-ngumbar kelemahan kita di mata orang lain. Meminta maaf berlebihan katanya sering membuat kita seperti orang bodoh yang tengah meminta belas kasihan orang lain. Mungkin pemikiran-pemikiran muncul dikarenakan seringnya kita berburuk sangka dan selalu menebak-nebak reaksi apa yang akan diberikan oleh lawan bicara kita.

“Bagaimana kalau permintaan maaf kita tidak dihiraukan? Bagaimana kalau orang tersebut marah dan tak mau memaafkan kita? atau bagaimana bila dia sebenarnya tak marah dan hanya bercanda saja?” Akhirnya permintaan maaf itu tidak perlu. Sadar kawan, pemikiran setiap orang itu berbeda. Tak selamanya kita dapat menebak benar hati seseorang apakah sama setiap detiknya. Kita tak perlu memikirkan hasilnya bagaiman dari sebuah permintaan maaf itu. Namanya juga mau MINTA maaf, kalau gak dikasih emang kita mau ngeyel?

Permintaan bukanlah hal negatif atau buruk. Hal itu merupakan cerminan dasar sebuah penyesalan atas bagian buruk yang kita miliki. Bila kita tak memiliki rasa malu untuk meminta maaf, atau tak ada sedikitpun niatan untuk meminta maaf atas segala kesalahan kita, apakah kesombong sudah memakan habis hati kita sepenuhnya?

Malu dalam meminta maaf itu adalah hal wajar. Dengan rasa malu akhirnya kita sadar akan titik lemah kita, dengan meminta maaf kita mencegah kelemahan kita itu untuk merusak tali ikatan silaturahmi kita dengan orang lain. Dan karena perasaan malu itu adalah sebagian dari Iman, dimana ia akan tetap menjaga kita agar menjauhi kemaksiatan. 

Dari Abu Mas’ûd ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshârî al-Badri radhiyallâhu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’”  (HR. Bukhari)

“Barangsiapa pernah melakukan kedzaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia meminta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (Kelak) jika dia memiliki amal shaleh, akan diambil darinya seukuran kedzalimannya. Dan jika dia tidak mempunyaki kebaikan (lagi) akan diambil dari keburukan saudara (yang didzalimi) kemudian dibenankan kepadanya.” (HR. Bukhari)

0 comments:

Posting Komentar

 
;