Minggu, 23 Februari 2014

Notes62 : Sekali lagi berdiri

Kadang kebenaran adalah hal yang sulit untuk ditegakkan. Memang tak semudah dan tak sekeren film-film atau cerita-cerita dalam buku tentang suatu perjuangan untuk membasmi para penjahat yang merajalela di dunia ini. Realita hidup ini dapat terlihat begitu kompleks dan begitu sederrhana. Sebenarnya apa yang dipermasalahkan dan menjadi inti kejahatan di dunia ini? Apakah monster yang datang menyerang? Apakah alien yang menginvasi bumi? Organisasi hitam yang berencana menguasai dunia atau menghancurkan manusia? Ya mungkin bisa saja. Tak ada yang dapat menyangkal sebuah kemungkinan walaupun dapat dikatakan tidak mungkin.


Cerita-cerita perjuangan seorang Superhero itu pasti diakhiri dengan ending cerita yang bahagia. Ketika seluruh pertikaian dapat terhentikan. Ketika seluruh biang kerok dari setiap tindakan pembunuhan, pelecehan, penganiaian, penghancuran ataupun segala kriminalitas dapat kembali kedasar kegelapan dan dunia kembali ke arah cahaya kebahagiaan dan kedamaian. Itu mungkin hanya sebuah cerita ataupun fiksi yang dapat dibuat setiap orang, namun apakah hal itu memang benar terjadi di realita hidup kita yang tiap detiknya mendekati gigitan kematian? Mungin sebagian besar akan menjawab tidak tahu atau kurang tahu. Mirisnya kita pun enggan untuk mencari tahu dan akhirnya tak menjawab bahkan bisa saja tak memperdulikan pertanyaan besar tadi. Apakah dunia ini ada di awal atau akhir cerita? Apakah kita tengah menuju akhir yang baik atau buruk?

Mungkin sering kita tidak memanusiakan diri kita. Katanya manusia itu mahluk berakal dan bermoral dan memiliki derajat yang tinggi. Kita memiliki akal untuk berpikir. Kita memiliki hati yang hangat untuk sesama. Dan kita diberikan fisik yang terbaik. Namun kadang kita selalu melanggar kenyataan yang ada, melanggar idealisme manusia, terlalu terbawa akan nafsu, amarah dan pikiran negatif yang lahir atau dasar ketidakpuasan. Kadang kita terlihat sama seperti hewan yang hidup berdasarkan naluri alami mereka. Mereka mungkin memiliki pikirian, tapi mereka tidak dapat berpikir tentang reasoning yang harusnya tiap manusia ketahui dan ingat. Yaitu alasan mengapa kita hidup di dunia ini. Mengapa kita diciptakan?

Ketika manusia melupakan jati dirinya, apakah kita masih dapat berteriak bahwa kita manusia? Apakah kita masih dapat berkata bahwa kita lebih tinggi derajatnya dan lebih mulia dibandingkan sekelompok domba yang tengah merumput di ladang? Realita dunia ini kejam dan dingin. Walau mentari masih hangat menyapa kita setiap hari. Walaupun malam masih menyelimuti mimpi-mimpi dalam tidur kita.

Hal yang benar dan hal yang salah akan selalu bertarung di bumi yang tengah kita tapaki ini. Itu sunnatullah. Sikap adalah jawaban. Bagaimana bersikap adalah pr hati dan akal pikiran kita. 


 “Sungguh unik perkaranya orang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya baik, dan itu tidaklah dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Apabila ia diberi nikmat, ia bersyukur, dan ini baik baginya dan apabila ditimpa musibah, dia bersabar, dan ini baik pula baginya.” (HR. Muslim)

0 comments:

Posting Komentar

 
;