Menanti sebuah jawaban dari segala harapan atas kelanjutan
kisah perjuangan yang tak berakhir. Memang tak begitu membuat nyaman hati.
Sebuat penantian panjang ini tak kunjung berakhir. Harapan untuk kembalinya
hal-hal yang hilang dari mata ini masih begitu rabun. Apakah segala yang hilang
tak mungkin kembali?
Masih banyak sindiran hati untuk selalu coba mulai
melupakan kebenaran akan siapa sesugguhnya jati diri ini. Namun bagaimana bisa
diakui bila hati ini masih begitu malu hati untuk menerima segala perubahan dan
kesia-sian yang terus saja menyeruak. Begitu banyak keburukan yang menjadi
prioritas walaupun mata sudah perih untuk menyaksikannya. Tapi mengapa pilihan
itu yang terpilih?
Gejolak perasaan untuk kembali meraih tali yang
terputus itu selalu ada. Tapi yang selalu terucap dan tertulis hanyalah
keinginan kotor dan ungkapan untuk selalu menentang segala kemungkinan. Hal
buruk terus menjadi acuan. Permintaan maaf sudah bukan sebuah jalan keluar.
Tapi walaupun di tengah kegelapan, rintihan untuk pulang itu selalu sayup-sayup
terdengar