Menanti sebuah jawaban dari segala harapan atas kelanjutan
kisah perjuangan yang tak berakhir. Memang tak begitu membuat nyaman hati.
Sebuat penantian panjang ini tak kunjung berakhir. Harapan untuk kembalinya
hal-hal yang hilang dari mata ini masih begitu rabun. Apakah segala yang hilang
tak mungkin kembali?
Masih banyak sindiran hati untuk selalu coba mulai
melupakan kebenaran akan siapa sesugguhnya jati diri ini. Namun bagaimana bisa
diakui bila hati ini masih begitu malu hati untuk menerima segala perubahan dan
kesia-sian yang terus saja menyeruak. Begitu banyak keburukan yang menjadi
prioritas walaupun mata sudah perih untuk menyaksikannya. Tapi mengapa pilihan
itu yang terpilih?
Gejolak perasaan untuk kembali meraih tali yang
terputus itu selalu ada. Tapi yang selalu terucap dan tertulis hanyalah
keinginan kotor dan ungkapan untuk selalu menentang segala kemungkinan. Hal
buruk terus menjadi acuan. Permintaan maaf sudah bukan sebuah jalan keluar.
Tapi walaupun di tengah kegelapan, rintihan untuk pulang itu selalu sayup-sayup
terdengar
Kecemburuan akan dunia yang terang itu selalu
terpikir dan didambakan. Namun apa daya ketika kerasnya hati dan runtuhnya
kepercayaan ini sudah tak dapat diperbaiki. Tak sedikitpun ku pelankan
teriakanku. Tak sedikitpun ku hilangkan kecaman atas amarah yang tak kunjung
reda ini. Dan tak sedikitpun air mata ku relakan untuk mengalir.
Wahai jiwa yang selalu memanggil. Lantunan ajakan
dan perkataan manismu tak selalu menjadi buah manis. Betapa manisnya rasa
daging buah yang kau berikan, masihlah pahit biji yang kau sisakan ini. Apakah
kau merasa puas sesudah kau penuhi lidah ini dengan rasa manis yang nikmat dan
segar, kau suguhkan juga biji yang pahit ini?
Tak ada lagi yang bisa kupercaya. Segalanya itu
hanya kebohongan. Tak ada hasil yang baik yang dapat kulihat pada akhirnya.
Kelelahan panjang yang kuderita ini bolehkah ku cukupkan sampai saat ini saja.
Beban yang terus menahan langkahku ini bolehkah ku turunkan sekarang. Rantai
yang terus memenjarakanku ini bolehkah ku lepaskan? Kebebasan semu itu telah
memanggilku.
Memang ku coba lari dari kenyataan. Memang ku coba
untuk menutupi kelemahan. Memang benar ku coba untuk meninggalkan segala
tanggung jawab ini. Memang ku coba sudahi kisah perjuanganku. Memang ku coba
bohongi siapa diriku.
Hanya senyum palsu yang selalu ku pasang. Hanya
alasan-alasan kosong yang selalu ku pertahankan. Hanya keputusasaanku yang
terus ku pegang.
Apakah semuanya itu yang terpikir oleh dirimu
kawan?
0 comments:
Posting Komentar