Rabu, 17 Desember 2014

Kata-kata #3

Menanti sebuah jawaban dari segala harapan atas kelanjutan kisah perjuangan yang tak berakhir. Memang tak begitu membuat nyaman hati. Sebuat penantian panjang ini tak kunjung berakhir. Harapan untuk kembalinya hal-hal yang hilang dari mata ini masih begitu rabun. Apakah segala yang hilang tak mungkin kembali?

Masih banyak sindiran hati untuk selalu coba mulai melupakan kebenaran akan siapa sesugguhnya jati diri ini. Namun bagaimana bisa diakui bila hati ini masih begitu malu hati untuk menerima segala perubahan dan kesia-sian yang terus saja menyeruak. Begitu banyak keburukan yang menjadi prioritas walaupun mata sudah perih untuk menyaksikannya. Tapi mengapa pilihan itu yang terpilih?

Gejolak perasaan untuk kembali meraih tali yang terputus itu selalu ada. Tapi yang selalu terucap dan tertulis hanyalah keinginan kotor dan ungkapan untuk selalu menentang segala kemungkinan. Hal buruk terus menjadi acuan. Permintaan maaf sudah bukan sebuah jalan keluar. Tapi walaupun di tengah kegelapan, rintihan untuk pulang itu selalu sayup-sayup terdengar

Kecemburuan akan dunia yang terang itu selalu terpikir dan didambakan. Namun apa daya ketika kerasnya hati dan runtuhnya kepercayaan ini sudah tak dapat diperbaiki. Tak sedikitpun ku pelankan teriakanku. Tak sedikitpun ku hilangkan kecaman atas amarah yang tak kunjung reda ini. Dan tak sedikitpun air mata ku relakan untuk mengalir.

Wahai jiwa yang selalu memanggil. Lantunan ajakan dan perkataan manismu tak selalu menjadi buah manis. Betapa manisnya rasa daging buah yang kau berikan, masihlah pahit biji yang kau sisakan ini. Apakah kau merasa puas sesudah kau penuhi lidah ini dengan rasa manis yang nikmat dan segar, kau suguhkan juga biji yang pahit ini?

Tak ada lagi yang bisa kupercaya. Segalanya itu hanya kebohongan. Tak ada hasil yang baik yang dapat kulihat pada akhirnya. Kelelahan panjang yang kuderita ini bolehkah ku cukupkan sampai saat ini saja. Beban yang terus menahan langkahku ini bolehkah ku turunkan sekarang. Rantai yang terus memenjarakanku ini bolehkah ku lepaskan? Kebebasan semu itu telah memanggilku.

Memang ku coba lari dari kenyataan. Memang ku coba untuk menutupi kelemahan. Memang benar ku coba untuk meninggalkan segala tanggung jawab ini. Memang ku coba sudahi kisah perjuanganku. Memang ku coba bohongi siapa diriku.

Hanya senyum palsu yang selalu ku pasang. Hanya alasan-alasan kosong yang selalu ku pertahankan. Hanya keputusasaanku yang terus ku pegang.


Apakah semuanya itu yang terpikir oleh dirimu kawan?

0 comments:

Posting Komentar

 
;