Catatan acara yang luar biasa tentang sejarah kita, seorang manusia Islam sejak awal, catatan seorang muslim.
Ada 5 mukadimah penting sebagai
dasar sebelum mengetahui tentang sejarah kita (manusia). Buku-buku sejarah
sudah banyak, namun mana yang harusnya kita yakini, percayai dan kritisi? untuk
itu 5 mukadimah di bawah ini menjadi bagian penting yang saya dapatkan dalam
acara Ini Sejarah Kita di Sumedang, 3-5 Mei lalu, mungkin hanya catatan kecil
dan banyak sekali salah pengartian, semoga bermanfaat :)
Siapa Kita?
Siapa kita? Banyak sekali
definisi yang dapat diutarakan mengenai penggambaran dan pengertian kita itu
apa. Kita dapat mengambil definisi bahwa kita adalah mahluk hidup, manusia,
hamba Allah, pemimpin, calon ibu/ayah, mahasiswa, dll. Dan semua itu semua
benar dalam mendefinisikan siapa kita. Tapi kita harus lebih mengenal lebih
mendalam, lebih ke dalam inti hakekat kita ada di dunia ini.
"Tiap bayi terlahir dalam
keadaan fitrah (Islam) orangtuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi,
Nasrani, atau Majusi-sebagaimana hewan yg dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa
cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? " (HR. Muslim)
فَأَقِمْ وَجْهَكَ
لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ
الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS Ar-Rum
: 30)
Sudah jelas apa yang telah Allah dan Rasul-Nya tegaskan
mengenai hakekat sebenarnya diri ini, bukan manusia biasa saja, bukan seorang
mahasiswa biasa saja, bukan seorang anak yang biasa saja, bukan seorang
pemimpin yang biasa saja. Fitrah kita adalah seorang manusia yang Islam yaitu
seorang Muslim. Kita adalah seorang muslim yang merangkap atau memiliki profesi
lain dalam kehidupan kita, ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi guru, ada
yang menjadi polisi, dll. Sudah ada bukti yang jelas, sudah tersuratkan bahwa
kita adalah muslim sejak dahulu. Oleh karena itu mari kita tegaskan sekali lagi
bahwa kita adalah seorang muslim. Dikarenakan kita seorang muslim, maka sejarah
kita itu haruslah dilihat dari kaca mata seorang muslim.
لَا إِكْرَاهَ فِي
الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ
يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ
الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ
الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Baqarah : 256)
Makna
Islam
Kita
sebagai seorang muslim yaitu manusia yang dinaungi oleh nikmat keislaman harus
mengetahui makna dari agama yang kita pegang ini. Apa arti agama ini bagi diri kita? Apakah hanya untuk mengisi
kolom agama saja di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Muslim KTP atau sebutan
bagi seorang muslim yaitu manusia yang bersumpah, berjanji, bersaksi tiada Ilah selain Allah, dalam kaca mata
masyarakat dinilai tidak memiliki perilaku layaknya muslim sejati. Hanya
mengaku sebagai seorang yang beragama Islam namun lupa dan tidak mengamalkan
rukun iman dan islam. Hanya sebatas dikarenakan orang tuanya beragama Islam,
maka anaknya pun hanya melihat Islam dari kaca mata orang tuanya. Bila orang
tuanya juga dikategorikan muslim KTP, pastinya resiko anaknya mengalami hal
yang sama sangatlah besar. Hal inilah yang merusak agama Allah ini dari segi
internal, dimana para penganutnya sudah melupakan makna dia beragama, beragama
Islam.
Islam
memiliki 5 makna :
a.
Aslama,
yaitu menundukan wajah
b.
Istaslama,
yaitu berserah diri
c.
Salim,
yaitu bersih dan suci
d.
Salam,
yaitu selamat dan sejahtera
e.
Silmun,
yaitu perdamaian
5
makna tersebut terdapat dalam Islam. Bila kita belum dapat merasakannya apakah
benar kita sudah memahami dan mengenal agama ini? Apakah engkau seorang muslim?
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ
يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ
يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya.“ (QS Ali Imran : 19)
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً
وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا
اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا
جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا
اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا
جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan
Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih
tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab,
yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena
dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus.” (QS Al-Baqarah : 213)
...الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا
تَخْشَوْهُمْ
وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا...
وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا...
“...Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu...” (Al-Maidah : 3)
Memahami
dengan Hati
فَلَمْ يَسِيرُوا فِي
الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا
أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ
تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ
تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS
Al-Hajj : 46)
“....Ketahuilah bahwa
dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh
tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia
adalah hati” (HR
Bukhari & Muslim)
Setiap urusan atau pekerjaan itu pastinya dimulai dari pemikiran kita. Pemikiran itu hadir dalam diri kita dan kita coba untuk keluarkan dalam bentuk suatu perilaku. Segala perbuatan yang kita anggap baik itu selalu harus sejalan dengan akal pikiran kita. Tapi selain akal pikiran, Allah memberikan sesuatu karunia yang indah, suatu komponen penyusun diri ini yang memiliki kemampuan untuk lebih menyempurnakan segala bentuk keputusan kita dalam melakukan sesuatu, itulah hati.
Bila
kita lihat hadits rasul di atas, dapat kita simpulkan bahwa hati itu memegang
peranan sebagai tombol kebaikan dan keburukan diri kita. Ketika dalam keadaan
bersih, kebaikan akan selalu bersama kita, bila ternodai, maka keburukanlah
yang terpancar dari diri kita.
Memahami
sejarah dari diri kita sebagai seorang muslim haruslah disertai dengan hati.
Akal pikiran dan hati adalah karunia Allah yang luar biasa yang bila kita
menggabungkan keduanya maka terciptalah suatu keputusan yang insyaAllah
diridhai-Nya. Bila akal pikiran sulit untuk memahami, mengapa hati yang
dipenuhi dengan keimanan kepada Allah tidak menyokongnya dan mempush agar kepahaman kita bertambah.
Inilah Hati, pusatnya manusia, dimana Iman dipertanyakan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ
لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ
وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ
وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya
dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS
Al-Anfal : 28)
الَّذِينَ آمَنُوا
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِاللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Rad : 28)
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا
لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ
قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ
آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ
ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ
آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ
ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’raf : 179)
Manusia
memiliki berbagai kelebihan
Potensi
seorang mahasiswa itu luar biasa. Kita telah diciptakan secara sempurna oleh
Allah menjadi sebaik-baiknya mahluk di dunia ini. Seperti sebuah logam yang
memiliki potensi yang luar biasa menjadi beragam alat-alat yang membantuk
kehidupan ini. Manusia pun seperti itu, mereka itu bersifat pluripoten yang
dapat menghasilkan hal-hal baru dan beragam. Apakah itu baik atau buruk.
Banyaknya kenikmatan telah dianugerahkan kepada kita, manusia, oleh Allah. Dan
segala bentuk kenikmatan itu adalah power manusia untuk meningkatkan
kualitasnya sebagai seorang muslim di dunia ini. Yaitu bersemangat dan berjuang
dalam menegakan kebaikan di dunia ini.
Da’wah
adalah jalan atau proses kehidupan untuk membawa manusia dari kegelapan ke
cahaya (ila dzulumati ila nur). Itulah hakekat kita seorang muslim dalam proses
penjagaan agar Islam ini tetap menjaga setiap keimanan dalam hati seorang
manusia. Suatu proses akan terus berjalan sampai akhirnya terbentuk suatu zat
hasil dari proses tersebut. Seperti logam yang terlihat tidak berguna namun
bila terus ditempa dan diasah akan terbentuk suatu pedang yang tajam dan mampu
untuk memotong apa pun. Bila manusia ditempa dengan baik dalam suatu sistem
pembinaan yang benar, maka akan terciptalah seorang manusia yang baik, manusia
yang senang tiasa beriman kepada Allah dan selalu memelihara kebaikan.
Tujuan
Manusia
Apa
sebenarnya tujuan manusia tercipta di dunia ini? Apakah hal ini hanya
kebetulan? Apa sebenarnya yang Allah perintahkan pada kita manusia?
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ
لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ
مَا لَا تَعْلَمُونَ
ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ
مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS Al-Baqarah : 30)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. “ (QS
Az-Zariyat : 56)
Allah
berfirman dalam kedua ayat tersebut bahwa tujuan terciptanya manusia adalah
untuk menjadi
1.
Khilafah
2.
Abdi
Tujuan yang diberikan oleh Allah untuk kita hanya sebagai
khilafah di bumi ini dan menjadi abdi-Nya yang patuh. Walaupun kita seorang
guru, pegawai negeri, dokter, petani, atau mahasiswa pun, kita tetap harusnya
memegang tujuan tersebut. Keprofesian atau bagaimana status kita dalam
masyarakat itu hanyalah asesoris belaka yang sesungguhnya harusnya tetaplah
tujuannya hanyalah ibadah pada Allah.
Kadang kita lupa bahwa apa yang kita tengah lakukan dalam
keseharian kita itu adalah sama tiap harinya. Bangun, belajar, makan, dll itu
sering kita lakukan setiap hari, apakah kita tidak pernah bosan? Lalu mengapa
kita melakukan hal itu semua? Kebanyakan menjawab karena itulah hidup. Lalu tujuan
kita semua hidup itu untuk apa? Apakah hanya bersenang-senang dan menikmati
dunia yang fana ini atau bagaimana? Itulah keadaan dimana seorang manusia telah
melupakan tujuan dasar hidupnya. Alangkah baiknya kita kembali merenungkan diri
sebenarnya tujuan kita hidup apa?
Tapi yang jelas Allah sudah memberikan 2 tujuan dalam diri
kita, sebagai seorang khilafah dan seorang abdi-Nya.
نَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ م جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ
ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ م جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ
ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama
(yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat
Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS
Ali Imran :19)
Jazakumullah khairan katsiran seluruh kontributor dalam acara ISK :)
0 comments:
Posting Komentar