Rabu, 15 Mei 2013

Notes45 : Ini Sejarah Kita

Bismillahirrahmaanirrahim....

Catatan acara yang luar biasa tentang sejarah kita, seorang manusia Islam sejak awal, catatan seorang muslim.


Ada 5 mukadimah penting sebagai dasar sebelum mengetahui tentang sejarah kita (manusia). Buku-buku sejarah sudah banyak, namun mana yang harusnya kita yakini, percayai dan kritisi? untuk itu 5 mukadimah di bawah ini menjadi bagian penting yang saya dapatkan dalam acara Ini Sejarah Kita di Sumedang, 3-5 Mei lalu, mungkin hanya catatan kecil dan banyak sekali salah pengartian, semoga bermanfaat :)


Siapa Kita?

Siapa kita? Banyak sekali definisi yang dapat diutarakan mengenai penggambaran dan pengertian kita itu apa. Kita dapat mengambil definisi bahwa kita adalah mahluk hidup, manusia, hamba Allah, pemimpin, calon ibu/ayah, mahasiswa, dll. Dan semua itu semua benar dalam mendefinisikan siapa kita. Tapi kita harus lebih mengenal lebih mendalam, lebih ke dalam inti hakekat kita ada di dunia ini.

"Tiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah (Islam) orangtuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi-sebagaimana hewan yg dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? " (HR. Muslim)


فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ

عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ

 أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS Ar-Rum : 30)

Sudah jelas apa yang telah Allah dan Rasul-Nya tegaskan mengenai hakekat sebenarnya diri ini, bukan manusia biasa saja, bukan seorang mahasiswa biasa saja, bukan seorang anak yang biasa saja, bukan seorang pemimpin yang biasa saja. Fitrah kita adalah seorang manusia yang Islam yaitu seorang Muslim. Kita adalah seorang muslim yang merangkap atau memiliki profesi lain dalam kehidupan kita, ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi guru, ada yang menjadi polisi, dll. Sudah ada bukti yang jelas, sudah tersuratkan bahwa kita adalah muslim sejak dahulu. Oleh karena itu mari kita tegaskan sekali lagi bahwa kita adalah seorang muslim. Dikarenakan kita seorang muslim, maka sejarah kita itu haruslah dilihat dari kaca mata seorang muslim.

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ

يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ

الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Baqarah : 256)

Makna Islam

Kita sebagai seorang muslim yaitu manusia yang dinaungi oleh nikmat keislaman harus mengetahui makna dari agama yang kita pegang ini. Apa arti agama ini  bagi diri kita? Apakah hanya untuk mengisi kolom agama saja di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Muslim KTP atau sebutan bagi seorang muslim yaitu manusia yang bersumpah, berjanji, bersaksi tiada Ilah selain Allah, dalam kaca mata masyarakat dinilai tidak memiliki perilaku layaknya muslim sejati. Hanya mengaku sebagai seorang yang beragama Islam namun lupa dan tidak mengamalkan rukun iman dan islam. Hanya sebatas dikarenakan orang tuanya beragama Islam, maka anaknya pun hanya melihat Islam dari kaca mata orang tuanya. Bila orang tuanya juga dikategorikan muslim KTP, pastinya resiko anaknya mengalami hal yang sama sangatlah besar. Hal inilah yang merusak agama Allah ini dari segi internal, dimana para penganutnya sudah melupakan makna dia beragama, beragama Islam.

Islam memiliki 5 makna :
a.       Aslama, yaitu menundukan wajah
b.      Istaslama, yaitu berserah diri
c.       Salim, yaitu bersih dan suci
d.      Salam, yaitu selamat dan sejahtera
e.       Silmun, yaitu perdamaian

5 makna tersebut terdapat dalam Islam. Bila kita belum dapat merasakannya apakah benar kita sudah memahami dan mengenal agama ini? Apakah engkau seorang muslim?

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا

الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ

يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.“ (QS Ali Imran : 19)

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ

وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا 

اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا

جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا

لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS Al-Baqarah : 213)


...الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ

وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ

نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا...

“...Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...” (Al-Maidah : 3)

Memahami dengan  Hati

فَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا

أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ

تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS Al-Hajj : 46)


“....Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati”  (HR Bukhari & Muslim)

Setiap urusan atau pekerjaan itu pastinya dimulai dari pemikiran kita. Pemikiran itu hadir dalam diri kita dan kita coba untuk keluarkan dalam bentuk suatu perilaku. Segala perbuatan yang kita anggap baik itu selalu harus sejalan dengan akal pikiran kita. Tapi selain akal pikiran, Allah memberikan sesuatu karunia yang indah, suatu komponen penyusun diri ini yang memiliki kemampuan untuk lebih menyempurnakan segala bentuk keputusan kita dalam melakukan sesuatu, itulah hati.

Bila kita lihat hadits rasul di atas, dapat kita simpulkan bahwa hati itu memegang peranan sebagai tombol kebaikan dan keburukan diri kita. Ketika dalam keadaan bersih, kebaikan akan selalu bersama kita, bila ternodai, maka keburukanlah yang terpancar dari diri kita.

Memahami sejarah dari diri kita sebagai seorang muslim haruslah disertai dengan hati. Akal pikiran dan hati adalah karunia Allah yang luar biasa yang bila kita menggabungkan keduanya maka terciptalah suatu keputusan yang insyaAllah diridhai-Nya. Bila akal pikiran sulit untuk memahami, mengapa hati yang dipenuhi dengan keimanan kepada Allah tidak menyokongnya dan mempush agar kepahaman kita bertambah. Inilah Hati, pusatnya manusia, dimana Iman dipertanyakan.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ

لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ

وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS Al-Anfal : 28)

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِاللَّهِ

تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Rad : 28)

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ

قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ

آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ

ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”   (QS Al-A’raf : 179)

Manusia memiliki berbagai kelebihan

Potensi seorang mahasiswa itu luar biasa. Kita telah diciptakan secara sempurna oleh Allah menjadi sebaik-baiknya mahluk di dunia ini. Seperti sebuah logam yang memiliki potensi yang luar biasa menjadi beragam alat-alat yang membantuk kehidupan ini. Manusia pun seperti itu, mereka itu bersifat pluripoten yang dapat menghasilkan hal-hal baru dan beragam. Apakah itu baik atau buruk. Banyaknya kenikmatan telah dianugerahkan kepada kita, manusia, oleh Allah. Dan segala bentuk kenikmatan itu adalah power manusia untuk meningkatkan kualitasnya sebagai seorang muslim di dunia ini. Yaitu bersemangat dan berjuang dalam menegakan kebaikan di dunia ini.

Da’wah adalah jalan atau proses kehidupan untuk membawa manusia dari kegelapan ke cahaya (ila dzulumati ila nur). Itulah hakekat kita seorang muslim dalam proses penjagaan agar Islam ini tetap menjaga setiap keimanan dalam hati seorang manusia. Suatu proses akan terus berjalan sampai akhirnya terbentuk suatu zat hasil dari proses tersebut. Seperti logam yang terlihat tidak berguna namun bila terus ditempa dan diasah akan terbentuk suatu pedang yang tajam dan mampu untuk memotong apa pun. Bila manusia ditempa dengan baik dalam suatu sistem pembinaan yang benar, maka akan terciptalah seorang manusia yang baik, manusia yang senang tiasa beriman kepada Allah dan selalu memelihara kebaikan.

Tujuan Manusia

Apa sebenarnya tujuan manusia tercipta di dunia ini? Apakah hal ini hanya kebetulan? Apa sebenarnya yang Allah perintahkan pada kita manusia?

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً

ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ

وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ

مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS Al-Baqarah : 30)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS Az-Zariyat : 56)

Allah berfirman dalam kedua ayat tersebut bahwa tujuan terciptanya manusia adalah untuk menjadi

1.      Khilafah
2.      Abdi

Tujuan yang diberikan oleh Allah untuk kita hanya sebagai khilafah di bumi ini dan menjadi abdi-Nya yang patuh. Walaupun kita seorang guru, pegawai negeri, dokter, petani, atau mahasiswa pun, kita tetap harusnya memegang tujuan tersebut. Keprofesian atau bagaimana status kita dalam masyarakat itu hanyalah asesoris belaka yang sesungguhnya harusnya tetaplah tujuannya hanyalah ibadah pada Allah.

Kadang kita lupa bahwa apa yang kita tengah lakukan dalam keseharian kita itu adalah sama tiap harinya. Bangun, belajar, makan, dll itu sering kita lakukan setiap hari, apakah kita tidak pernah bosan? Lalu mengapa kita melakukan hal itu semua? Kebanyakan menjawab karena itulah hidup. Lalu tujuan kita semua hidup itu untuk apa? Apakah hanya bersenang-senang dan menikmati dunia yang fana ini atau bagaimana? Itulah keadaan dimana seorang manusia telah melupakan tujuan dasar hidupnya. Alangkah baiknya kita kembali merenungkan diri sebenarnya tujuan kita hidup apa?

Tapi yang jelas Allah sudah memberikan 2 tujuan dalam diri kita, sebagai seorang khilafah dan seorang abdi-Nya. 


نَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا

الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ م جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ

ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS Ali Imran :19)

Jazakumullah khairan katsiran seluruh kontributor dalam acara ISK :)

0 comments:

Posting Komentar

 
;