Kebaikan dan keburukan seseorang merupakan indikator
nilai untuk menentukan tingkat pribadi orang lain di mata kita. Nila buruk dan
baiknya itu terlihat begitu jelas bila kita sering sekali berinteraksi dengan seseorang.
Penilaian selalu terus berlanjut dimulai dari pertama kali kita bertemu dengan
orang tersebut tanpa kita sadari. Inilah hakekat impresi seseorang terhadap orang
lain yang ia temui.
Aspek penilaian yang kita lakukan sangatlah beragam
tergantung dari diri pemberi nilai, apakah dilihat dari fisik, mental, sikap,
perilaku, dsb. Contoh kasus adalah kejadian sehari-hari yang biasa ditemui seorang
penumpang angkutan umum yang tengah duduk manis di dalam sebuah mobil angkutan
umum. Ketika tengah duduk diam dan tenang, datanglah seorang pengamen. Tampangnya
biasa saja, bajunya terlihat kotor dan acak-acakan. Pengamen itu pun mulai
menunjukan kebolehanya dalam bernyanyi, memainkan alat musik atau permainan silat lidah untuk menarik
perhatian penumpang untuk memberinya sepeser uang. Para penumpang yang melihat
pengamen, pastinya, menilai-nilai terlebih dahulu apakah pantas seroang
pengamen tersebut mendapatkan uang ataukah tidak. Penilaian pun terjadi
berdasarkan dugaan-dugaan yang belum pasti kebenarannya. Impresi awal haruslah
baik, mengapa? bila kebaikan atau poin positif sudah tertanamkan maka pastinya
hanya satu pendapat dari penumpang tersebut, pengamen itu bagus dan pantas
untuk diberi.
Kebaikan dan keburukan pastilah dimiliki oleh
setiap insan di dunia ini. Kebaikan dan keburukan ini tercermin dari amalan
baik dan buruk yang telah seseorang perbuat. Kebaikan memiliki dampak luar
biasa pada orang lain seperti membawa kebahagiaan dan rasa hormat, sedangkan
keburukan hanya membawa kesedihan dan amarah terhadap orang lain. Melihat
konteks tersebut, anehnya keburukan itu lebih mudah untuk selalu diingat
dibandingkan kebaikan.
Mengapa tak coba kita lupakan keburukan yang orang
lain miliki sehingga tidak timbul kecurigaan ataupun keburuksangkaan dari awal
dan selalu berusaha mengingat perbuatan baik orang lain yang pastinya membuat
kita senang. Bila kita selalu mengingat keburukan orang lain, hanya daftar
beban pikiran tambahan yang kita dapati.
Kapan
hubungan kita membaik dengan orang yang kita benci, yaitu saat penyebab
kebencian itu terlupakan, dan kapan kita mulai membencinya lagi, saat kita
hanya mengingat-ingat keburukannya kembali.
Terlihat tapi tak terlihat
Tertutup namun selalu terbuka
Teringat tapi mudah terlupa
Terlupakan namun selalu diingat
0 comments:
Posting Komentar