Merasakan
semangat kaum beriman. Selalu haus akan hangatnya berbagi dan ikhlasnya menjadi
seorang abdi. Hanya satu kerinduan dan satu tujuan utama dalam setiap hembusan
nafas. Kampung akhirat yang sangat diidam-idamkan dan dicapai dengan curahan
jiwa, waktu dan hartanya.
Ketika jalan
yang diridhoi-Nya telah nampak diiringi bukti janji-Nya yang tak kurang
sedikitpun, apakah berdiam diri dan membatasi diri masih kau pilih. Harga yang
perlu dibayar itu tak murah ataupun juga mahal. Cucuran air mata dan keringat dalam
jalan mencari keberkahan dan rahmat-Nya adalah sebuah bayaran dalam sebuah
perniagaan yang agung dan suci. Itulah kisah kasih untukmu para pejuang.
Balasan
dari sebuah perjuangan mencari kebenaran akan lahirnya kehidupan di dunia. Bukan
untuk memenuhi diri dengan keindahan dunia, ataupun mengisi setiap kantong baju
dan celana kita dengan kenikmatan yang bila tak kau jaga akan menghanyutkanmu
dalam lautan bernama ketamakan dan rasa sombong. Apakah tujuan hidup manusia
hanya sebatas hidup. Apakah kematian tak perlu dipersiapkan.
Mereka
hidup berpasang-pasangan. Menempuh sebuah perjalanan menjadi seorang ayah dan
ibu bagi keturunannya. Menimba ilmu dari setiap gelombang yang menghantam
bahtera besar bernama rumah tangga. Karena berbuat kebaikan akan menjadi lebih
mudah dan lebih luas walau terasa sempit. Tak menjadi alasan ketika agama yang telah
disempurnakan maka menjadi keyakinan bahwa sudah tak perlu ditambah lagi. Karena
kesempurnaan hadir bukan hanya lengkapnya tulang rusuk tapi tercapainya tujuan
untuk mencapai keberkahan. Yaitu membentuk jalinan kebaikan yang terikat dan
tak putus-putus.
Memang iman
kadang dirasa tak hadir setiap waktu. Tapi itulah tantangannya dalam mencapai
ketaqwaan yang setiap hari jum’at diagung-agungkan untuk dapat kita raih. Agar
iman selalu hadir walau kita tengah terlarut dalam kesenangan, ataupun kita
larut dalam kesedihan. Untuk iman yang datang besama dengan ketaatan dan menghilang
dengan banyaknya maksiat. “Sangat
mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena segala keadaan untuknya selalu
sangat baik dan hal ini tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi orang mukmin.
Jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila
menderita kesusahan ia sabar, maka sabar itu lebih baik baginya.” (HR Muslim)
Masih banyak
yang perlu dibenahi. Masih sedikit yang sudah disiapkan. Marilah berdiri.
Langganan:
Postingan (Atom)