Minggu, 13 Desember 2015

Notes70 : Senyuman Para Pewaris

Menapaki sebuah jalan setapak yang biasa saja. Terlihat penuh dengan keramaian orang-orang yang tengah bergembira di bawah sinar matahari pagi. Merupakan sebuah anugerah indah yang masih dapat terasa sejak detik dimana mata ini terbangun menyambut dunia. Hawa dingin tak begitu terasa lagi dimana wajah-wajah cerah dan tawa dari para perantau dunia sedang asyik dengan kesibukannya memenuhi kilang-kilang kosong dalam hati dengan sebuah pengalaman yang manis. Tak hanya riuh sanak keluarga berlarian di tengah lapang, namun terdengar sayup-sayup semangat disertai hentakan langkah para pencari kebugaran. Terasa indah, terasa menakjubkan.

Menangkap hati para pencari kepuasaan lapar dan dahaga. Berbaris rapi dan rapat layaknya sebuah batalion perang yang siap menjajal kemampuan mangsanya. Tak hanya mereka siap akan mentalnya yang selalu tertekan, fisik yang kuat serta senjata-senjata sudah dibersiapkan untuk melawan rauman perut yang terdengar makin keras. Strategi yang bervariasi pun ditampilkan. Bagaimana seluruh panca indera dapat teralihkan adalah sasaran yang telah mereka targetkan jauh-jauh hari. Inilah peperangan pada pagi hari yang dipenuhi dengan indahnya perniagaan dan manisnya silaturahmi.

Menjadi mata yang melihat segalanya. Mengamati bagaimana sebuah kehidupan saling terikat satu dan lainnya. Apakah itu yang dinamakan persaudaraan, persahabatan dan kesamaan. Mengalir tenang dan menyatu menjadi sebuah pusaran yang besar dan kuat. Melawan berbagai rintangan yang tak hanya terdiri akan pepohonan ataupun bebatuan. Menyebar ke segala arah, mengisi lapak-lapak kosong yang telah disediakan penciptanya. Inilah potensi besar kita. Sebuah massa yang dapat mengalir tanpa henti dengan modal pengikat bernama kesamaan.
Mengalir dengan kuat dan beriama dari waktu ke waktu. Itulah aliran dari suara dan gerakan para insani sang penakluk dan penjaga dunia. Menjadi sebuah pedang bermata dua. Akankah melukai atau terluka. Akankah menjadi pelindung dan penyelamat atau menjadi sumber dari kehancuran dirinya sendiri.

Merasa butuh dan paham dari tujuan sebuah kepemimpinan. Tak hanya melukis indah masa kini agar terlihat menarik, tapi juga merangkai sebuah alur kemajuan. Agar tak lepas kendali dan mengalir tanpa tujuan. Karena mengawali hari ini dengan persiapan lebih baik adanya dibanding mengambil sikap buta saat putusan harus datang. Menapaki jalan-jalan pejuang. Bahu membahu membuat lukisan-lukisan terbaik yang dapat dipajang rapi pada pagelaran seni bernama sejarah.

Sebuah warisan dari para pelaku sejarah. Selalu terheran-heran akan putusan-putusan yang mereka ambil. Tak sedikit yang merasa kekecewaan itu berasal datang darinya, tapi tak juga sedikit yang meyakini bahwa langkah-langkah besar itu merupakan hal yang menakjubkan dan membuat bulu kuduk merinding. Terngiang-ngiang bagaimana sebuah perubahan bisa mereka ciptakan ketika hanya kesulitan yang banyak mereka temui, hanyalah bekal bernama harapan yang mereka pegang. Memimpikan kami para pelaku sejarah masa depan. Semoga keberkahan akan ada di ujung jalan dari ikhtiar dan do’a yang mereka wariskan.

Akankah kami menjadi sebuah generasi yang tahu akan indahnya akhlak yang baik dari seorang manusia. Akankah kami menjadi pelaku-pelaku yang serba kekurangan tapi selalu berpegang teguh untuk selalu meninggikan kepalanya dibanding kerendahan hatinya. Akankah kami dapat meneruskan tongkat estafet bernama seruan untuk berlaku baik, atau kami hanya akan menjadi pabrik-pabrik para perusak tali silaturahmi dan kesatuan.   


Melupakan hakekat menjadi seorang insan dunia. Melupakan tujuan membentuk keluarga yang diberkahi. Melupakan senyuman-senyuman indah para pewaris masa depan.

0 comments:

Posting Komentar

 
;